top of page

Discover Digital di Meadows Library

Tulisan ini untuk dikirimkan ke program PPI UK - Surat untuk Indonesia (20 Besar)

 

Nottingham, 1 Maret 2016

 

Dear adik-adik pengejar mimpi,

 

Satu hal yang menyentuh hati kakak saat belajar di negeri Robin Hood adalah kunjungan ke perpustakaan.  Kota ini memang tempatnya pejuang kaum lemah. Namun di masa modern, berjuangnya tidak lagi dengan busur panah, melainkan dengan teknologi. Tahukah kalau kakak rela jauh-jauh terbang 20 jam ke tanah Inggris untuk belajar komputer? Kakak punya mimpi untuk jadi ahli komputer dan memajukan bangsa ini dengan menciptakan aplikasi yang mampu memberikan solusi optimal dengan biaya minimal. Percayalah bahwa tidak ada yang tidak mungkin asal kita gigih dan tangguh. Einstein saja mengakui bahwa dia tidak jenius, akan tetapi dia geluti permasalahan lebih lama dibandingkan orang lain. Karena itu dia berhasil menjadi penemu. Doakan kakak dalam tiga tahun bisa mengikuti jejaknya ya.

 

Suattu hari, kakak menjadi sukarelawan di perpustakaan kota bernama the Meadows. Tidak disangka bahwa kakak berdiri di depan bangunan tua mirip kastil di tengah kota yang ternyata isinya gudang ilmu. Setelah masuk, kakak disambut oleh seorang pemuda yang dengan senyum lebar mengulurkan tangannya, menjabat erat tangan kakak. “Selamat datang, terima kasih untuk bergabung bersama kami”, ucapnya penuh semangat. Pagi itu adalah jadwal untuk penduduk yang tinggal di sekitar the Meadows untuk belajar menggunakan Ipad atau tablet. Bagus ya, pemerintah kota punya perhatian terhadap warganya agar melek teknologi. Senang melihat antusiasme tinggi dari jumlah peserta yang hadir memenuhi ruangan. Mayoritas seusia dengan kakek dan nenek kita. Mereka duduk mengitari tiga meja persegi besar. Kakak bertemu orang-orang dari perpustakaan yang akan memandu jalannnya pelatihan dan para sukarelawan lain. Kami berkenalan dan saling memuji.

 

Pelatihan dimulai, Ipad properti perpustakaan dibagikan dan kami, para sukarelawan berjalan mengitari meja mengambil posisi dengan duduk di antara dua peserta. Debbie, ketua tim, menerangkan di depan tentang bagaimana mengaktifkan Ipad, melakukan pengaturan dan koneksi internet, serta membuka laman website. Beberapa orang tampak ragu untuk menyentuh layar. Mungkin mereka berpikir ini adalah komputer kecil seukuran buku atau telepon genggam besar. Saat itu kursi penuh sehingga kakak putuskan untuk berdiri di belakang. Saat pelatihan berlangsung, kakak berkeliling untuk melihat situasi dan berusaha membantu, namun tiap peserta pada dasarnya telah didampingi seorang sukarelawan. Kakak tentu tidak mau hanya berdiri diam. Saat itu juga kakak menyadari bahwa peserta di meja belakang kesulitan melihat peraga di depan. Kakak langsung berinisiatif untuk berdiri di tengah ruangan dan menjadi peraga dengan mengangkat Ipad, mengusap layar, dan menunjukkan ke arah peserta tampilan halaman yang sedang dibuka. Seorang nenek bernama June mengucapkan terima kasih. Kakak tersenyum.

 

Debbie tidak hanya menjelaskan bagaimana kita dapat berselancar mencari informasi di dunia maya, tetapi juga menekankan untuk menjaga keamanan data pribadi. Saat sesi pembuatan akun email, dijelaskan apa itu spam dan mengingatkan agar tidak lupa sign out. Sukarelawan juga bukan orang ahli, bila kami tidak tahu maka kami akan jujur dan saling membantu bila ada rekan yang kesulitan. Seorang kakek bernama James bertanya bagaimana mengatur bookmark pada laman website yang ia gemari. Kakak tidak tahu dan bertanya kepada Matt, dia bekerja di kantor sukarelawan mahasiswa di kampus yang saat itu ikut terjun langsung ke lapangan. Matt menunjukkan untuk menekan tombol buku agak lama. Wah kakak ikut belajar juga nih.

 

Tiba-tiba kami kedatangan seorang tamu, seorang wanita anggun mengenakan jubah hitam dan kalung medali berwarna keemasan layaknya para guru besar di Indonesia. Ternyata beliau adalah walikota Nottingham. Beliau mengapresiasi acara ini dan ikut duduk sebagai peserta. Jackie, nama sapaannya, tidak ragu mengingatkan peserta agar tidak mengobrol sendiri dan mendengarkan arahan Debbie. Ini karena beberapa orang nampak kebingungan dan takut tertinggal dari yang lain, membuat kelas menjadi gaduh.

 

Kelas berakhir dan tidak lupa kami saling mengucapkan terima kasih. Debbie menepuk punggung kakak dan menyerukan ”good job”. Pengalaman ini sangat berkesan walaupun hanya dua jam. Kakak belajar sabar, bersemangat, dan kreatif. Jangan lupa juga untuk tidak ragu bertanya ya karena belajar itu bisa dimanapun dan kapanpun kamu mau.

 

Salam Semanggi (semangat tinggi),

Raras

bottom of page